Kamis, 25 Juni 2015

INSPIRASI PENGALAMAN KHITAN- DIARY KHITAN (PART7)



Rendy
Rendy  

Melanjutkan sedikit cerita dari sang kakak kembar, Randy, Rendypun akhirnya berani untuk dikhitan.  Selama proses khitanan berlangsung, didampingi kakak kembarnya (Randy) yang selalu memberi semangat untuk adik kembarnya itu, proses khitanan alhamdulillah juga berlangsung lancaarrr... hingga saat kontrol pelepasan alatnyapun tidak ada keluhan dari keduanya. Bahkan ayahnya mengatakan, sesaat setelah dikhitan, Randy dan Rendy sudah bermain kembali dan bersekolah seperti biasa bersama teman-temannya. Alhamdulillah... dikhitan sekarang tidak usah nunggu liburan lagi, luka minimal, tanpa perdarahan, inshaAllah tidak mengganggu aktivitas si anak. Selamat ya Randy dan Rendy... semoga menjadi anak yang sukses di masa depan! Amin.

 

INSPIRASI PENGALAMAN KHITAN-DIARY KHITAN (PART6)



Randy

Randy dan Rendy merupakan putra kembar berusia 6 tahun. Dua hari sebelumnya, saat pendaftaran khitan, si Rendy didaftarkan terlebih dahulu karena si Randy (kakaknya) saat ditanya merasa belum siap untuk dikhitan. Namun pada kenyataannya, saat hari H datang, si Randy datang dibonceng oleh ayahnya dan mengatakan bahwa si Rendy yang awalnya ngotot ingin khitan dan si Randy yang takut untuk dikhitan malah sebaliknya Randy-lah yang terlebih dahulu datang untuk dikhitan. 

Ekspresi Randy Setelah Dikhitan
Saat proses khitan berlangsung,  Randy merasa rileks dan juga sempat ngobrol-ngobrol dengan saya dan juga ayahnya. Tidak hanya itu, saat khitan berlangsung, Randy sempat menelfon ibunya yang saat itu dirumah dengan adek kembarnya dan menceritakan proses demi proses saat dikhitan (waah.. si Randy pintar nih untuk menyemangati dan memberi motivasi untuk saudara kembarnya tersebut..). Proses khitan alhamdulillah berlangsung lancaarrrr, tanpa ada jeritan atau tangisan. Hingga tidak lama berselang setelah Randy pulang kerumah, si Rendy yang sempat takut untuk berangkat khitan akhirnya memberanikan diri untuk menyusul kakak kembarnya melakukan proses khitanan.

Si Kembar Randy-Rendy Pasca Khitan

Senin, 22 Juni 2015

INSPIRASI PENGALAMAN KHITAN-DIARY KHITAN (PART5)


FIKRI
 
Ga beda jauh dari Diary Khitan part-4, Fikri juga merupakan salah satu pasien yang sangat kooperatif di tempat saya. Saat awal proses khitan hingga kontrol pelepasan alat. Tidak terdengar keluhan sakit dari jagoan yang satu ini. Bahkan saat kontrol, orangtua Fikri mengatakan bahwa anaknya masih aktif badminton, tidak ada yang menyangka bahwa si Fikri ini baru saja melaksanakan khitan. Alhamdulillah... kepuasan pasien memang suatu kebahagiaan tersendiri bagi kami.

INSPIRASI PENGALAMAN KHITAN-DIARY KHITAN (PART4)


RUTJE

Rutje saat itu datang bersama ayah dan pakdenya (kakak dari ayah) dan melaksanakan khitan pada tanggal 12 Mei 2015, pukul setengah 6 pagi pada usia 12 tahun. Saat proses khitan berlangsung, dari awal hingga setelah dikhitan, Rutje tidak menangis sama sekali lho. Bahkan tidak ada kata2 aduh, mengerang, menjauhkan badan ataupun ekspresi kesakitan lainnya. Waah...kereeenn.. (bisa dicontoh niih untuk adek2 yang lainnya). Sebelum sunat/khitan persiapan mental itu penting. Perangi rasa takut, inshaAllah proses lebih lancaaaarrr lagi seperti Rutje ini. Yang mengesankan lagi, setelah dikhitan, Rutje pulang dengan berboncengan motor seperti biasa dengan posisi menghadap depan seperti berboncengan normal seperti biasa. Alhamdulillah, dengan adanya kemajuan teknologi saat ini, lebih memudahkan dokter dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien. Pulang dengan langsung memakai celana seperti biasa dan bahkan bisa langsung berboncengan dengan motor seperti biasa.

INSPIRASI PENGALAMAN KHITAN-DIARY KHITAN (PART3)



GERALD

Gerald saat itu dikhitan pada tanggal 9 Mei 2015, tepatnya pukul 7 malam. Gerald memang meminta dikhitan oleh kedua orangtuanya.  Saat itu gerald berusia 6 tahun. Proses khitanan alhamdulillah berjalan lancar sampai saat waktunya kotrol tiba. Sayangnya, karena saat itu juga berbarengan dengan beberapa pasien khitan yang lain, dokter sampai lupa mengabadikan momen setelah dikhitannya. Nggapapa deh, yang penting alhamdulillah lancar, sehat2 dan Semoga Gerald menjadi anak yang sukses, bertakwa, serta berbakti kepada kedua orang tua. Amin

INSPIRASI PENGALAMAN KHITAN-DIARY KHITAN (PART2)



FARIZ

Cerita kedua datang dari ananda Fariz yang saat itu datang tiba-tiba ke tempat praktek saya sekitar jam 10 malam. Orang tua dari ananda Fariz mengeluhkan bahwa anaknya terjadi pendarahan terus-menerus setelah khitan dari ca*ak beberapa jam sebeLum datang ke tempat praktek (hiii.. serem juga yak). Padahal besok paginya, si Fariz ini harusnya seneng lho, karena orangtua dari Fariz ini sudah menyiapkan acara tasyakuran dan arak2an setelah dikhitan untuk ananda Fariz.  Akhirnya, setelah diperiksa lebih lanjut, ananda Fariz ini dikhitan masih dengan cara tradisional dan tanpa adanya jahitan sama sekali.. hmm, sebagai bocoran saja, bahwa khitan dengan cara konvensional/pembedahan dan juga metode laser/cauter harusnya juga melalui proses penjahitan dan juga diperban, kecuali jika metode klamp yang populer akhir2 ini karena tanpa melalui proses penjahitan dan perban, sehingga lebih praktis. Setelah malam itu saya lakukan penjahitan, alhamdulillah akhirnya Fariz dapat lancar melaksanakan acara tasyakuran dan arak2an keesokan harinya, meskipun proses penyembuhan lukanya sendiri memang membutuhkan waktu yang lebih lama. Saat kontrol, orang tua Fariz mengatakan bahwa saat pendarahan sempat komplain ulang ke tempat ca*ak dimana Fariz dikhitan, namun sang ca*ak bersikap seolah tidak mau bertanggungjawab akan hal tersebut, astaghfirullah...

Pelajaran dan hikmah yang dapat diambil dari cerita Fariz ini yaitu jangan sembarangan dan lebih hati2 lagi dalam memilih suatu pengobatan apapun, baiknya diperhatikan benar atau tidaknya legalitas dan pertanggungjawaban pada si pasien. Saat ini, banyak sekali oknum yang tidak bertanggungjawab dengan mengikuti dan belajar ilmu2 kedokteran maupun kesehatan secara otodidak menyerupai seorang dokter. Bahkan, beberapa klinik atau tukang sunat kadang tidak mengindahkan aspek-aspek kesehatan. Peralatan sunat yang tidak higienis, juga tata cara menyunat yang salah, menyebabkan proses sunat rawan komplikasi. Meski dalam dunia kedokteran, sunat termasuk operasi ringan, tapi komplikasi yang ditimbulkan tidaklah ringan. Kulit kelamin kaya akan pembuluh darah, sehingga rawan terjadi perdarahan. Selain bukan tidak mungkin bagian kepala penis terpotong, bahkan bisa terjadi infeksi dan menyebabkan penyakit lain. Saran saya, Masyarakat baiknya lebih selektif dan cerdas dalam memilih tempat pengobatan atau tindakan medis apapun, mengingat tidak adanya pertanggungjawaban dan legalitas yang dimiliki jika terjadi resiko ataupun kejadian yang tidak diinginkan pada tindakan pasien tersebut. Jangan biarkan anda maupun keluarga anda menjadi salah satu dari korbannya . Salam.