Refresh nambah wawasan sebentar yuk sahabat KHITAN SIDOARJO, yang telah saya kutip dari berbagai sumber.. semoga bermanfaat :)
Sunat atau khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi. Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum (berarti "memutar") dan caedere (berarti "memotong").
Sunat telah dilakukan sejak zaman prasejarah, diamati dari gambar-gambar di gua yang berasal dari Zaman Batu dan makam Mesir purba. Alasan tindakan ini masih belum jelas pada masa itu tetapi teori-teori memperkirakan bahwa tindakan ini merupakan bagian dari ritual pengorbanan atau persembahan, tanda penyerahan pada Yang Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan, atau upaya untuk mengubah estetika atau seksualitas. Sunat pada laki-laki diwajibkan pada agama Islam dan Yahudi. Praktik ini juga terdapat di kalangan mayoritas penduduk Korea Selatan, Amerika, dan Filipina.
Gambar gua dari Mesir Purba tentang sunat, pada dinding dalam Temple of Khonspekhrod, sekitar 1360 SM |
1. LAMPUNG
Masyarakat Lampung memiliki tradisi yang unik yang tidak dimiliki oleh suku lainnya di Indonesia. Ngarak merupakan proses mengarak kabayan sunat (pengantin sunat) menuju rumah ayahnya berasal. Dalam hal ini rumah nenek/kakek mereka. Sementara busunat merupakan istilah dalam bahasa Lampung yang berarti berkhitan. Ini merupakan salah satu tradisi yang masih dikembangkan oleh masyarakat Lampung pesisir yang tinggal di Pekon Tekhbaya Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus. Mereka secara turun temurun masih melakukan ngarak kabayan sunat (busunat) sebagai sebuah tradisi dan warisan leluhur yang harus mereka jaga hingga akhir massa. Dalam prosesi ngarak kabayan sunat kali ini didominasi para wanita. Selama prosesi ngarak para wanita tersebut terus bernyanyi dengan diiringi tabuh rebana.
Dalam tradisi masyarakat Lampung pesisir prosesi ngarak dilakukan dan biasanya tempat yang dituju untuk ngarak adalah rumah dari orangtua kabayan (pengantin) itu berasal. Maka pada tradisi ngarak ini kedua kabayan sunat tadi dari rumah diarak menuju rumah nenek/kakek mereka dari pihak ayah. Saat rombongan ngarak sampai di rumah yang dituju maka sang tuan rumah mempersilahkan masuk para peserta ngarak. Kedua kabayan sunat ini kemudian berganti pakaian menggunakan pakaian tradisional Lampung pesisir. Pakaian adat tersebut dibawa oleh beberapa orang yang turut dalam prosesi ngarak sebelumnya.
2. BETAWI
Bagi orang Betawi, seorang anak laki-laki yang telah berusia sekitar 7 tahun atau lebih harus dikhitan. Khitanan merupakan daur hidup yang dianggap penting, karena setelah dikhitan seorang anak baru boleh disebut muslim.
Khitanan secara tradisional dilakukan oleh seorang "tukang sunat" atau disebut "Bengkong". Kini tidak jarang orang Betawi yang menggunakan tenaga mantri atau dokter untuk mengkhitan anaknya. Untuk melaksanakan khitanan, tukang sunat biasanya dipanggil ke rumah yang punya hajat.
Sebelum dikhitan, selepas waktu ashar, anak yang akan dikhitan terlebih dahulu dimandikan, kemudian dikenakan pakaian indah yang biasanya disewa. Bahan pakaian terbuat dari kain satin yang mengkilap, terdiri dari celana panjang yang longgar dan kemeja tangan panjang serta mengenakan "alpiah" yang bentuknya memanjang ke atas. Hiasan lainnya berupa ikat pinggang yang besar dan diberi asesoris. Anak yang akan di sunat dalam busana ini biasa disebut "Pengantin Sunat".
Pakaian kebesaran anak sunat ini lebih banyak memperlihatkan dari busana Arab. Hal ini dapat dilihat dari beberapa buah nama bagian pakaian adat tersebut, misalnya tutup kepala yang disebut "alpiah", jubah panjang yang disebut "gamis", dan baju luar yang disebut "jubah/jube".
Keesokan harinya sebelum matahari terbit, si anak dimandikan. Anak yang akan disunat direndam beberapa saat dengan maksud untuk mendapatkan kekebalan pada saat dikhitan, hingga rasa sakit akan berkurang. Setelah dimandikan, ia dibawa ke halaman di samping rumah. Di tempat itu ia dipangku oleh kakeknya, sementera sesajen dan peralatan sunat sudah disiapkan. Tukang sunat dan beberapa orang tua kerabat hadir pula untuk menyaksikan khitanan. Kemudian tukang sunat melaksanakan khitanan, dengan memotong kulit ujung penis sianak, kira-kira 1 cm panjangnya. Alat yang dipergunakan untuk memotong yaitu pisau yang terbuat dari bambu dan telah diberi ramuan. Posisi anak waktu di sunat yakni dipangku oleh engkongnya (kakeknya), kaki direntangkan ke kiri dan ke kanan, matanya ditutup kain sarung yang dipakainya. Setelah itu tukang sunat membacakan mantera-mantera dan doa-doa yang ditutup dengan salam, maka selesailah acara khitan tersebut.
Si anak kembali dipangku oleh kakeknya dan dibawa ke dalam rumah, di mana telah disiapkan tempat duduk. Pakaian yang dikenakan oleh anak setelah dikhitan adalah kemeja biasa dan sarung yang pada bagian mukanya diberi sabut kelapa, yang berfungsi menjaga agar kain sarung tidak menggores luka pada batang penis si anak.
Anak yang telah dikhitan didudukkan di atas kursi yang sudah disiapkan, dialasi dengan karpet dan di kiri kanannya diletakkan kursi untuk duduk orang tuanya. Tamu-tamu yang hadir memberikan selamat dan doa restunya kepada anak yang dikhitan, sambil memberikan uang secara suka rela kepada anak yang dikhitan sebagai pengobat rasa sakit.
Sementara itu "Bengkong" telah selesai melaksanakan tugasnya. Keluarga yang punya hajat membekali sesajen, ayam jantan hidup.
3. JAWA
Sebagaimana acara hajatan yang lain, kenduri merupakan selamatan pembuka sebelum sebuah hajatan dimulai. Uba rampe atau kelengkapan kenduri tidak berbeda dengan selamatan yang lain, nasi tumpeng atau ambeng, sayur, mihun, thontho, peyek, keper, srundeng, dan krupuk. Ada juga ketan, apem, jenang gurih, hingga beberapa jenis jajanan pasar. Semua perlengkapan kenduri tersebut biasa di tempatkan di atas ancak atau anyaman bambu yang dimasa kini telah banyak digantikan dengan besek atau bakul plastik kecil. Penggunaan ancak di masa lalu inilah yang menjadikan sebagian orang mengistilahkan kenduri dengan bancakan. Melalui undangan secara lisan langsung ke rumah warga oleh seorang utusan yang bertugas undang-undang genduren, maka berkumpullah perwakilan dari keluarga para tetangga.
Malam pelaksanaan khitanan disebut sebagai malem pegasan. Megas atau meges memiliki arti memotong atau mengiris. Peralatan khitan yang masih serba tradisional di masa lalu menjadikan luka bekas khitan harus menunggu beberapa hari untuk kering dan sembuh. Hal inilah yang menjadikan gerak dan aktivitas si bocah yang dikhitankan menjadi sangat terganggu. Bahkan agar rasa sakit akibat gesekan terhadap “bungkusan perban”, si bocah harus senantiasa mengenakan kain sarung.
4. YOGYAKARTA
Di kota yang sangat terkenal akan budayanya ini, tradisi keraton khitanan (supitan) terdiri dari lima upacara yang harus dilaksanakan oleh sang putra dan keluarga pemangku hajat. Rangkaian upacara tersebut diantaranya adalah Majang, Tarub, Siraman, Ngabekten dan Gress. Ketika menggelar upacara ini, diperlukan beberapa peralatan pendukung diantaranya krobongan (ruang berbentuk segi empat ditutup dengan kain sutra putih yang didalamnya ada sebuah kursi dan sajen-sajen), kepala dengan songkok atau disebut puthutan, baju bludiran tanpa lengan, buro, gelang kono, karset rantai bros, elebut, kalung sungsun, ode kollonye, saputangan, unjuan, cengkal perak, dan kain prada (biasanya motif yang dipakai adalah Nyamping Parang Kusumo).
Upacara-upacara yang termasuk dalam rangkaian upacara supitan ini memiliki arti dan tujuan yang sakral, yaitu diantaranya Majang berasal dari bahasa jawa artinya yaitu menghias. Majang asal kata dari pajang, kemudian kata tersebut mendapat akhiran “-an” dan menjadi pajangan. Alat-alat yang diperlukan untuk majang antara lain, bleketepe, yaitu daun kelapa muda yang dianyam, walaupun tidak semua atap dipasangi bleketepe artinya “wes tumplek blek ukete” (erat dan rukun). Maksudnya keluarga yang rukun saling membantu dan selalu berhubungan erat.
Tarub adalah memasang tambahan “eyub-eyub”(tempat berteduh). Selanjutnya tarub ini dihiasi janur kuning. Janur kuning yang digunakan sebagai hiasan tarub tidak boleh digantung tapi harus disobek kecil-kecil atau dihilangkan lidinya. Tarub ini dihiasi dengan tuwuhan (tumbuh-tumbuhan) yang juga dilengkapi dengan seperangkat makanan. Bermacam-macam tumbuhan itu mengandung arti kemakmuran tanaman atau harapan kemakmuran bagi si anak di kemudian hari.
Kemudian anak tersebut mengikuti upacara siraman air kembang dengan harapan anak tersebut bersih dari segala noda baik lahir dan batin. Dengan didampingi oleh para bandara putri termasuk ibu dari putri raja, saudara perempuan, dan putri-putri kerabat Keraton yang dipimpin oleh bendara putri yang lebih muda sampai seterusnya. Siraman dilakukan dalam satu hari sebelum upacara gres. Usai siraman, dilakukan upacara ngakbeten yaitu sungkem atau menghaturkan sembah kepada orangtua. Hal ini melambangkan pernyataan terima kasih kepada orangtua atas segala asuhan dan bimbingannya sampai saat ia dikhitan bahkan ia telah dewasa, serta mohon doa restu agar sukses dan bahagia.
Sebagai puncak dari seluruh rangkaian acara, digelar upacara Gres yakni saat pemotongan kulit kepala kemaluan laki-laki si anak yang menyelimutinya. Upacara ini berlangsung pada pagi hari, sebelumnya anak yang akan dikhitan disuruh berendam dalamair beberapa lama, agar waktu gres darah tidak banyak mengalir. Dalam upacara ini, putra Sultan yang akan dikhitan didampingi oleh penganthi. Seorang pangeran yang bertugas mendampingi putra Sultan mulai dari hendak menuju pekobongan hingga kembali ke Kasatriyan lagi. Adapun sang pemangku merupakan seseorang pangeran yang diberi tugas memangku putra raja pada saat disunat.
Jika pelaksanaan khitanan sudah selesai semuanya, maka kembalilah Sultan ke Bangsal Kencono diiringi para Pangeran, kemudian seorang nerpa cundaka diutus pergi ke Bangsal Manis, tempat menyiapkan hidangan. Setelah itu, maka putra Sultan yang habis dikhitan tadi diperintahkan kembali ke Kesatriyan dengan diantar oleh para pengampil untuk beristirahat. Para putra Sultan bersama para Pangeran Pemangku (Penganthi) berjalan menuju Kesatriyan diiringi ampilan seperti semula ketika menghadap. Kemudian Sultan memerintahkan bubar pasowanan itu, raja sendiri masuk ke dalam puri dan yang lain pulang kembali ke rumah masing-masing.
Upacara-upacara yang termasuk dalam rangkaian upacara supitan ini memiliki arti dan tujuan yang sakral, yaitu diantaranya Majang berasal dari bahasa jawa artinya yaitu menghias. Majang asal kata dari pajang, kemudian kata tersebut mendapat akhiran “-an” dan menjadi pajangan. Alat-alat yang diperlukan untuk majang antara lain, bleketepe, yaitu daun kelapa muda yang dianyam, walaupun tidak semua atap dipasangi bleketepe artinya “wes tumplek blek ukete” (erat dan rukun). Maksudnya keluarga yang rukun saling membantu dan selalu berhubungan erat.
Tarub adalah memasang tambahan “eyub-eyub”(tempat berteduh). Selanjutnya tarub ini dihiasi janur kuning. Janur kuning yang digunakan sebagai hiasan tarub tidak boleh digantung tapi harus disobek kecil-kecil atau dihilangkan lidinya. Tarub ini dihiasi dengan tuwuhan (tumbuh-tumbuhan) yang juga dilengkapi dengan seperangkat makanan. Bermacam-macam tumbuhan itu mengandung arti kemakmuran tanaman atau harapan kemakmuran bagi si anak di kemudian hari.
Kemudian anak tersebut mengikuti upacara siraman air kembang dengan harapan anak tersebut bersih dari segala noda baik lahir dan batin. Dengan didampingi oleh para bandara putri termasuk ibu dari putri raja, saudara perempuan, dan putri-putri kerabat Keraton yang dipimpin oleh bendara putri yang lebih muda sampai seterusnya. Siraman dilakukan dalam satu hari sebelum upacara gres. Usai siraman, dilakukan upacara ngakbeten yaitu sungkem atau menghaturkan sembah kepada orangtua. Hal ini melambangkan pernyataan terima kasih kepada orangtua atas segala asuhan dan bimbingannya sampai saat ia dikhitan bahkan ia telah dewasa, serta mohon doa restu agar sukses dan bahagia.
Sebagai puncak dari seluruh rangkaian acara, digelar upacara Gres yakni saat pemotongan kulit kepala kemaluan laki-laki si anak yang menyelimutinya. Upacara ini berlangsung pada pagi hari, sebelumnya anak yang akan dikhitan disuruh berendam dalamair beberapa lama, agar waktu gres darah tidak banyak mengalir. Dalam upacara ini, putra Sultan yang akan dikhitan didampingi oleh penganthi. Seorang pangeran yang bertugas mendampingi putra Sultan mulai dari hendak menuju pekobongan hingga kembali ke Kasatriyan lagi. Adapun sang pemangku merupakan seseorang pangeran yang diberi tugas memangku putra raja pada saat disunat.
Jika pelaksanaan khitanan sudah selesai semuanya, maka kembalilah Sultan ke Bangsal Kencono diiringi para Pangeran, kemudian seorang nerpa cundaka diutus pergi ke Bangsal Manis, tempat menyiapkan hidangan. Setelah itu, maka putra Sultan yang habis dikhitan tadi diperintahkan kembali ke Kesatriyan dengan diantar oleh para pengampil untuk beristirahat. Para putra Sultan bersama para Pangeran Pemangku (Penganthi) berjalan menuju Kesatriyan diiringi ampilan seperti semula ketika menghadap. Kemudian Sultan memerintahkan bubar pasowanan itu, raja sendiri masuk ke dalam puri dan yang lain pulang kembali ke rumah masing-masing.
5. SUNDA
Tradisi khitanan atau sunatan pada masyarakat Sunda dilakukan satu hari sebelum hari mengkhitan anak. Sehari sebelum dikhitan, si anak laki-laki akan diarak keliling desa bak seorang raja cilik. Si anak atau disebut juga penganten sunat diarak diatas tandu kecil yang sudah dihias sedemikian rupa. Yang mengarak biasanya anggota keluarga, kerabat, dan tetangga.
Rombongan penganten sunat ini keliling desa ditemani dengan kesenian Sunda yang meriah. Ada yang menggunakan kesenian tanjidor, yaitu orkes tardisional dari Suku Betawi dengan menggunakan alat musik tiup, gesek, dan perkusi. Ada juga yang mengarak dengan dimeriahkan kesenian sisingaan.
Sisingaan adalah kesenian Sunda yang menggunakan tandu berbentuk kepala dan badan singa. Dalam pesta khitanan yang menggunakan sisingaan, si anak laki-laki yang akan dikhitan diarak diatas tandu singan tersebut. Selain itu ada pula yang mengarak dengan menampilakan kesenian kuda renggong.
Setelah pesta arakan, pada malam harinya diadakan acara syukuran untuk anak yang akan dikhitan. Pada acara syukuran keluarga si anak mengundang tetangga dan keluarga besar untuk membacakan doa-doa untuk keselamatan si anak. Dalam syukuran biasanya digelar juga acara jamuan makan keluarga. Kemudian esok paginya, anak yang akan dikhitan biasanya berendam di air dingin supaya baal atau kebal. Segera setelah kebal anak pun dikhitan. Ada yang menggunakan jasa mantri ada pula yang pergi ke dokter.
Setelah dikhitan, digelar lagi pesta untuk si pengantin sunat agar ia melupakan rasa sakit karena dikhitan. Pada saat ini biasanya tetangga dan kerabat keluarga akan menyalami si anak dan memberinya uang yang dalam bahasa Sunda disebut uang nyecep. Uang nyecep ini diberikan agar si anak berhenti menangis dan merasa senang. Setelah itu pada malam harinya diadakan pagelaran kesenian Sunda dihalaman rumah pengantin sunat. Kesenian Sunda yang umum digelar adalah tari jaipongan, wayang golek, dan wayang kulit.
6. SUKU TENGGER- JAWA TIMUR
Sebelum disunat, anak yang akan disunat didandani sedemikian rupa dan diberi berbagai aksesoris kemudian anak tersebut menunggangi kuda yang juga telah dihias atau yang dikenal dengan kuda renggong. Kemudian kuda tersebut akan membawa anak tersebut mengelilingi desa ngadas. Tak lupa arak-arakan ini juga diiringi dengan musik yang membuat kuda tersebut bergoyang mengikuti alunan musik.
Selanjutnya tuan rumah mempersiapkan ritual sebelum proses khitanan dimulai. Ritual ini dipimpin oleh “mbah dukun”. Pada saat ritual, “mbah dukun mengenakan baju berwarna hitam dengan ikat kepala, begitu pula dengan “asisten dukun” yang menggunakan pakaian yang serupa. Dalam memulai ritualnya, mbah dukun duduk di kursi pendek dan di belakangnya terdapar anak yang akan dikhitan yang didampingi oleh beberapa anak kecil yang juga di make-up serupa dengan anak yang akan dikhitan.
Di depan “mbah dukun” terdapat beberapa perlengkapan yakni ada kelapa yang terbelah dan diletakkan pada kedua sisi. Terdapat pula pohon pisang dan daun kelapa bersama kembar mayangnya serta beberapa ranting daun beringin. Di bagian tengah terdapat buah pisang dan buah kelapa yang masih utuh. selain itu ada pula sesajen yang juga digunakan untuk dalam ritual kali ini.
Selanjutnya “asisten mbah dukun” menyalakan api pada sumbu yang terdapat di kelapa yang terbelah. Kegiatan ini mengawali pembacaan mantra oleh mbah dukun. Selanjutnya mbah dukun membaca mantra sembari memegang wadah kuningan yang berisi air dan diaduk dengan menggunakan semacam daun pisang yang digulung. Selanjutnya mbah dukun mengambil gentong yang diberi air kelapa muda dan diaduk dengan menggunakan seikat daun beringin. Kemudian mbah dukun berdiri membelakangi anak-anak dan memercikkan air gentong pada anak-anak dengan menggunakan seikat daun beringin tersebut.
Ritual ini dilanjutkan dengan mengikat tangan anak-anak dengan menggunakan benang wol dan memberi anak sejumput beras yang diletakkan pada telapak tangan anak. Selanjutnya dilakukan proses khitanan di ruang terbuka. Anak tersebut di dudukkan di sebuah kursi dan pada bagian bawah kursi diletakkan beberapa kue semacam kue apem, kemudian telur yang diletakakn pada wadah daun pisang, dan beberapa bunga (entah berapa rupa). Proses khitan dilakukan dengan menggunakan bilah bambu yang pada ujungnya diberi silet tajam. Kegiatan ini dilakukan oleh dukun yang berbeda dari dukun yang pertama.
7. ACEH SELATAN
Sebelum melaksanakan sunat rasul pihak keluarga melakukan duduak niniak mamak atau duduk bersama sanak famili untuk menetapkan tanggal, hari dan bulan acara yang akan dilaksanakan. Setelah kesepakatan ditetapkan maka selanjutnya pihak keluarga menyiapkan persiapan, termasuk menyebar undangan. Biasanya undangan berupa sirih atau permen (untuk perempuan) dan rokok ( untuk laki-laki)
Setelah waktu ditetapkan, masyarakat (pemuda) bantu membantu melakukan persiapan untuk acara sunatan rasul (khitan), proses persiapan akan dipimpin langsung oleh ketua pemuda setempat. Mulai dari membangun teratak, angkat-mengangkat sampai dengan hal-hal lainnya yang membutuhkan bantuan pemuda. Prosesi ini disebut Pasang Tampek
Duduak rami merupakan acara duduk bersama segenap masyarakat desa terutama tokoh dan perangkat-perangkat desa lainnya, kegiatan ini guna mengabarkan, membahas keunuri rayeuk (acara kenduri) atau acara utama pada hari “H”.
Ba Inai atau memakai inai (pacar) di sekitar ujung jari tangan kaki pada Linto yang akan disunat rasul(khitan), kegiatan ini dimulai dari malam Duduak rami setelah tamu pulang hingga tiga malam berturut-turut. Ba Inai biasanya dilaksanakan oleh perempuan-perempuan remaja yang masih memiliki hubungan famili maupun tetangga.
Basuntiang adalah proses pemberkahan secara adat. Biasanya akan dilaksanakan esok harinya setelah malam Duduak rami, Basuntiang ini dilakukan oleh beberapa pihak keluarga terdekat atau yang memiliki hubungan emosional dengan keluarga yang menyelenggarakan acara.Acara basuntiang ini sifatnya seperti utang tersirat artinya pihak penyelenggara yang sudah mendapatkan pesuntiang ini dari tamu atau keluarga dekat, akan melakukan hal yang sama pada saat pihak pesuntiang yang lain akan menyelenggarakan acara sunat rasul maupun acara pernikahan.
Kanduri Urang Datang adalah dimana para ibu-ibu tetangga dan desa setempat datang membantu menyiapkan persiapan untuk acara puncak keesokan harinya dengan memasak, dan menyiapkan beberapa keperluan lainnya sedangkan beberapa lainnya menyiapkan balee (tempat) untuk acara Mandi Pucuak keesokannya.
Urang Datang merupakan hari puncak dimana para tamu undangan akan datang beramai – ramai kerumah untuk mengucapkan kata – kata selamat dan bersalaman dengan Linto khitan dan orang tuanya. Dihari tersebut para tamu akan dijamu makan dan minum oleh pihak tuan rumah. Ada juga pergelaran kesenian yang digelar sebagai penghormatan tuan rumah terhadap tamu.
Selanjutnya acara Mandi pucuak (memandikan dengan air dalam janur kuning), acara mandi pucuak ini akan dipimpin oleh ibu kepala desa kepada si linto, calon yang akan dikhitan. Biasanya diacara ini akan disertai dengan alunan selawat dan nyanyian Hasyem Meulangkah, yakni sebuah nyanyian tentang cerita hasyem yang akan melaksanakan khitan yang dibarengi dengan tarian. Sebelum prosesi mandi pucuak ini, si Linto akan terlebih dahulu dipangkas rambutnya oleh orang pilihan dari keluarganya.
Sekian kutipan dari saya semoga dapat menambah wawasan sahabat KHITAN SIDOARJO semua tentang tradisi/budaya khitan yang ada di Indonesia... Dengan berkembangnya teknologi di bidang kedokteran, khitan saat ini sangat menyenangkan lho.. setelah sunat/khitan bisa langsung beraktifitas seperti biasa.. bisa langsung pakai celana.. bahkan berenang.. Yuk, sahabat KHITAN SIDOARJO yang belum sunat/khitan, bisa langsung menghubungi kami.. Khitan dengan SMARTKLAMP, Tanpa Perdarahan.. Tanpa Jahitan.. Setelah Khitan Bebas Beraktifitas.. Ditangani langsung oleh DOKTER, dan BIAYA LEBIH HEMAT. DIJAMIN!!!
KHITAN SIDOARJO- dr. MOKHAMAD ARIF
PUSAT LAYANAN KHITAN SMARTKLAMP, LASER, KONVENSIONAL
Dari Usia Bayi, Anak, Dewasa
TELP. 081233045660
ALAMAT: JL. CEMPAKA C. 10 SEKARDANGAN-SIDOARJO
Ilustrasi: Tradisi pasca khitan di Khitan Sidoarjo :) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar